Between Crowded and Silence
Between Crowded and Silence
Dahulu aku benci keramaian. Ia selalu
membuatku tak bisa berfikir satu arah, Ia selalu membuatku tak mampu terka apa
mauku, Ia selalu membuktikan bahwa Ia tak akan pernah memberikan arti hidup
dalam damai.
Sampai akhirnya kutemukan kenyataan
indah tentang ramai. Malamku terselamatkan, Kala itu Ia datang berusaha
membunuh kesunyian, lalu seketika ramai berbicara lebih banyak daripada sunyi
sang malam. Malam-malam yang sebelumnya sulit untuk dilewati kini kurasa
teramat mudah.
Jika kau ucapkan “selamat malam” maka
itulah yang terjadi.. kau sedang menyelamatkan malamku dari buaian mimpi-mimpi
buruk yang berusaha datang mencekam pekatnya malam. Jika tiada “selamat malam”
mu maka inilah yang terjadi, terjaga oleh resah hingga pagi datang menjelang.
Namun kini kurasakan lagi hening itu,
hening yang hampa, hening yang sama sekali tak dapat kunikmati seperti hening
di malam-malam lalu. Mencoba menggali makna apa yang sedang terkubur hingga aku
sulit sekali berdaptasi dengan malam-malamku kini. Cukup.! Aku lelah mengembara
dengan bayang-bayangmu yang semu itu. Kulepaskan kau bebas menari-nari di atas
derita sunyi malamku. Hingga tiba saatnya kini harus kunikmati rasanya jatuh
hati pada bintang-bintang yang mati.
Sepi dan sunyi kini harus kulalui
sendiri. Untung pagiku datang. Mengusik sepi, menjauhkan resah diri yang sempat
singgahi hati, mengusik dan berisik, hingga membangunkan dan membingungkan.. Ku
harap tak ada lagi ramai setelah ini. Karena bagiku sepi dan ramai sama rasa.
Comments
Post a Comment
https://nurisalmiah.blogspot.co.id/?m=1