Real a..


  Aku menulis berdasarkan keresahanku beberapa waktu belakangan ini. Belakangan aku melamunkan kita yang sedang resah menunggu kedatangan jodoh atau maut mungkin. Aku tak tahu manakah yang lebih dahulu menjemputku diantara keduanya, namun ku yakin kuasa dan takdir Allah adalah yang terbaik diantara takdir-takdir pilihan kita sendiri. Bukankah begitu? Kita menunggu, sedang kita tak tahu apakah yang akan sampai kepada kita, kita hanya penasaran, kita hanya lelah untuk berpasrah lalu berusaha mencari tahu kebenaran yang akan terjadi suatu ketika. Namun ku tahu semua itu salah, baiklah itu hanya kenaifan kita, aku kamu yang sedang berada di waktu-waktu jemu sedang menunggu.
Ya Rabb.. terkadang aku mendengar beberapa cerita dari mereka teman sepermainanku yang tidak lain adalah bercerita tentang “jodoh” aku memang tak heran, pun sangat menyangka. Tapi.. aku selalu menarik pola kesimpulan yang sama terhadap cerita-cerita mereka. Mereka yang bercerita menemukan tambatan lalu dipatahkan hatinya, mereka yang jatuh cinta tapi sulit mengungkap, mereka yang patah hati karena tak dihargai, mereka yang saling menunggu tanpa tahu tetapi merasakan adanya frekuensi kuat antara mereka, mereka yang lelah menanti tapi terlalu enggan untuk mundur karena tahu pahitnya dikutuk sepi. Merekalah orang-orang yang berusaha menghidupi jiwa-jiwa yang mati, mereka melupakan Illahi, mereka melupakan kuasanya.
Oh god.. aku tahu memang fitrah, aku tahu itu memang wajar terjadi, memang semua ini takdir. Apa mungkin hanya takdir buatan ku? Buatan mu kawan? Buatan manusia seperti kita yang hanya menginginkan indah saja.. cenderung ingin instan. Kamu yang ingin membuka lembar baru, tetapi membuka juga luka baru, kamu yang berganti status tapi tak bertambah kapasitas diri. Kamu tahu ? menggabungkan dua insan yang berbeda karakter, dan berbeda dalam banyak hal adalah hal mungkin menurut Allah tapi kita sebagai pemeran merasakan sangatlah sulit. Kamu perlu memperhatikan semua, ga melulu tentang kebahagiaanmu saja yang dituntut. Pun perlu sekali-kali kamu tengok apa yang kurang dari diri, ga melulu focus dengan perbandingan antara kamu dan orang lain, yang membuat diri dan hatimu tak merasa sebebas merpati yang terbang, menjadikan dirimu semakin ujub, jaub dari tawadhu, mendekati sifat syaiton yang selalu merasa lebih baik.
Terkadang aku miris mendengar teman-teman yang selalu dipatahkan hatinya, dilunturkan imannya, diterbangkan angan-angannya tiba-tiba kosong asa, merasa tak punya nyali, merasa rendah diri hingga tak mampu berjalan sendiri. Kamu tahu mengapa sebab itu terjadi.. kamu tak patuh dengan teguran-Nya. Berkata kamu sudah dewasa dan bisa membedakan hak dan yang bathil. Tetapi nyatanya kamu tak mampu mempertahankan apa yang sudah kamu raih dengan dalih “salah pilih”, atau bahkan ada dalih lain “aku diuji” atau sebagianya.
Baik kali ini kutawarkan beberapa pertanyaan yang mungkin akan membuatmu merasa tersentil
1.       Sudahkah kamu membiasakan untuk berlaku adil ?
2.       Sudahkah kamu mandiri ?
3.       Sudahkah kamu tahu dampak dari berharap ?
4.       Sudah merasa sedang berada di jalan yang memang itu takdirmu ?
 Adil memang sepele, kamu yang tidak dapat mempertahankan keutuhan satu sama lain mungkin karena kurangnya sentuhan keadilan antara kalian, kalian merasa selalu ada yang merasa diberatkan dihakimi, dituduh, diagungkan, dibahagiakan, dikasihi. Padahal adil itu tidak melulu menuntus sama rata, kamu bias berlaku tidak egois, meredam emosi, bersikap dewasa. That’s the point !. kamu pintar memilih mungkin tapi kamu tak pandai untuk mempertahankan yang sebabnya bersumber dari.. yaa itu tadi.
Merasa mandiri? Ini juga bagian dari permasalahan ego. Jika kamu bias berusaha mandiri kamu tidak perlu memenangkan egomu demi memerdekakan hati dan bahagia. Mandirimu tak bias diatur orang lain karena merasa sudah mandiri tapi jika aku boleh berargument, mandiri disini adalah membangun jiwa-jiwa pribadi yang baik lagi maksimal. Bukan hanya semata-mata mengurus diri.. maka rendahkanlah lagi diri dan egomu. Tak ada rugi jikalau kamu berlaku demikian..
Berharap?, nice !, memang pola hidup yang benar terjadi jika kita melibatkan asa (harapan) tapi kamu tahu ? berharap kepada yang tidak menjanjikan sama sekali tidak membuatmu hidup. Boleh jadi kamu semakin mati tenggelam denga asa-asa yang tidak jelas kebenarannya. Lalu bagaimana yang jelas menurutmu? Gampang saja !, kamu tinggal cuek, ga perlu terjun ke dalam arus, kamu cukup lihat dan pantau saja, jika memang ada rambu lampu hijau, kamu boleh saja maju, jika tanpa pasti.. mending kamu buang jauh-jauh pikiran dia atau kamu sama-sama mengundang ketertarikan. Tertarik memang mudah, ungkapkannya juga mudah menurutku, tapi apa iya bias diungkapkan tanpa komitmen? Kalua memang tidak menjanjikan aku kira kita tidak usah terlalu bersusah payah menunggu kabar dan berharap. Cukup memakan banyak waktu memang untuk sekedar mengetahui perasaan. Zohirnya memang aku sebagai pengamat yang bersudut pandang sebagai wanita tak perlu takut sendiri. Dengan harapan kepada illahi kita malah harusnya semakin yakin, bahwa Tuhan tak kan salah, takdir tuhan serta harapan-harapan yang kan diberikanNya di kemudian hari akan terjadi dan memang indah. Tak buang waktu percuma mempercayai asa-asa kita kepadaNya.
Takdir dengan pilihanmu memang baik. Namun, hanya karena kaat matamu tak mampu lihat semua, kamu melupakan bahwa yang baik itu berasal dari tuhan. Jika memang kamu yakin bahwa Allah, tuhan mu lah yang memberikan mu pilihan tersebut, dan itu adalah yang terbaik, lalu mengapa kamu mengabaikan firman-firmanNya kepada ketaqwaan. Mengapa kamu merasa sangat yakin. Ketahuilah keyakinan yang kita dapat akan membawa kita pada kehidupan abadi, sama seperti bertuhan, kita meyakini Allahu ahad, tuhan yang es, kita sangat yakin lalu alhamdulillahnya kita masih abadi di kehidupan yang tak luput dari asa kepadaNya ini. Jika kita yakin Ia adalah tambatan hati maka segala uji apapun yang tuhan berikan akan kamu selesaikan dengan mudahnya.
 thats what you get !, kamu mendapatkan apa yang kamu mau tapi sebaliknya Tuhan lah yang berkehendak maka penuhilah kewajiban dan tanggung jawab mu dulu sebagai hamba, maka kamu akan tuai apa yang kamu mau. Seperti kisah cinta Nabi Yusuf dan Zulaikha.. Allah datangkan Yusuf ketika zulaikha hanya meminta dan tunduk saja kepada ketaatan. Cukup simple pesanku hargai dirimu sambil perbaiki apa yang perlu diperbaiki, upgrade apa yang perlu kamu miliki, upgrade pemahaman mu, berusaha mandiri, disiplin, jujur, tulus, dan saling mengasihi. Jangan buang waktu mu dengan ketidakpastiaan dan keserakahan yang tak kunjung temu titik usai.
 Itulah sebagian dari keresahanku.. kita mesti lebih memandang realita segi insan dan segi Tuhan. Bagaimana tidak ? kita mampu jatuh cinta dan bangun cinta tapi takut untuk patah dan pupu, lalu itulah keluhannya. Bila tak mau merasakan demikian, maka mulai lah berfikir yang terbaik menurut mu dan juga menurut Tuhan mu, agar kau tak salah langkah.  Semoga setelah ini tak ada lagi yang manusia yang patah dan pupus hatinya. Semoga kamu menerima semua dengan rela dan kembali utuh sebagai pribadi yang tangguh.
   

Comments

Bimbang

Bimbang

Detak Detik Kecewa

Between Crowded and Silence